<body> my scribbled notes

Friday, March 27, 2009

Hiding In The Dark Corner: Chapter 4

Disclaimer: Twilight adalah milik Stephenie Meyer, Maximum Ride adalah milik James Patterson. Tapi kalau Meyer mau memberikan Jasper atau Edward, atau Patterson mau menyerahkan Fang untuk hadiah ulang tahun saya, boleh :D.


Chapter 4
TC: The Newcomer

Bella POV

Esok hari akhirnya datang. Seperti hari-hari biasanya, Edward datang 'menjemputku' dan mengantarku pergi ke sekolah dengan Volvonya. Lapangan parkir sudah penuh dan tinggal beberapa saja yang kosong. Edward segera memarkirkan mobilnya. Saat memundurkan mobil, aku sempat melihat mobil yang belum pernah kulihat ada di lapangan parkir ini. Sebuah mobil hitam mengkilap yang kelihatannya sangat mahal. Bentuknya mirip Volvo perak milik Edward, namun lebih landai dan elegan. Siapapun pemiliknya nampaknya tidak bersusah payah untuk membaur di sini. Atau mereka memang tidak tahu cara membaur.

Aku menunjukkannya pada Edward, memberitahukan pendapatku tentang persamaan mobil itu dengan Volvonya, dan ia terlihat geli. Edward berbisik di telingaku―dan membuatku gemetaran karena senang, mengundang tawa tertahannya―berbisik kalau mobil itu adalah Maserati Quattroporte, keluaran tahun 2006 dan harganya mahal. Rosalie bahkan sempat berniat membelinya, namun ia terlalu sayang dengan BMW Convertible merahnya. Dan bentuknya berbeda dengan Volvo. Aku merengut―menurutku mobil itu bentuknya sama, atau hampir sama dengan Volvo―mengundang tawa tertahan dari Edward lagi.

"Jelaskan kalau begitu, dimana letak perbedaannya," tuntutku, merengut sebaik mungkin, mencoba mengorek informasi darinya.

Ia malah tertawa lepas sekarang, kemudian menggeleng-geleng geli, "kau tidak akan mengerti, Bella, bahkan kalau aku menjelaskannya secara rinci mulai dari streamlinenya sampai ke detail mesinnya. Yang jelas kedua mobil itu jauh berbeda. Namun yang jelas Maserati memang mobil yang terhitung hebat."

Aku semakin merengut, dan mengalihkan pandanganku ke mobil itu lagi. 'Terhitung hebat' bisa dibilang merendahkan menurutku. Meskipun aku tidak tahu jenis-jenis mobil, tapi aku tidak berani membayangkan berapa harga mobil itu. Mobil hitam itu tampaknya tak berpenghuni, dan aku juga tidak melihat siapapun terlihat asing. Tidak ada seorangpun Martinez atau Ride―itu nama belakang mereka, menurut Charlie. Edward ikut mengamati mobil itu dari jauh sebentar, namun kemudian menarikku ke kelas, dan tidak lagi membahas mengenainya. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang ada di pikirannya.

Tidak ada kejadian berarti selama pagi itu. Kelas berjalan normal, dan tidak satupun anak-anak baru itu yang ada di kelas kami. Edward tidak banyak bicara selama waktu itu, dan matanya lebih banyak terlihat menerawang selama pelajaran berlangsung, mirip mata Alice ketika ia mendapat penglihatan tentang masa depan. Dari situ aku tahu bahwa ia sedang berkonsentrasi penuh untuk melacak pikiran orang-orang tentang anak-anak baru itu, atau bahkan pikiran anak-anak baru itu sendiri. Dari wajah frustasinya, aku bisa menebak bahwa sejauh ini ia belum mendapatkan informasi berarti.

Selama perpindahan kelaspun kami sama sekali tidak berpapasan dengan salah satu anak baru yang meresahkan Edward. Pada suatu saat aku merasa melihat kelebatan rambut coklat, dan suara ceria berceloteh bersemangat―aku tidak bisa menangkap tentang apa, ia bicara terlalu cepat, tapi masih dalam kecepatan bicara manusia―mengarah ke suatu kelas. Kalau saja aku tidak tahu persis, aku pasti mengira kalau itu adalah Alice. Tapi aku tahu persis, jadi aku tahu itu bukan Alice. Selain itu aku tahu bahwa kelas Alice berikutnya ada di arah yang berlawanan. Aku melirik Edward, namun ia tidak menampakkan tanda-tanda mengenali nada suara itu, jadi aku mengabaikannya.

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Edward meraih tasku dan membawaku ke kafetaria. Kami mengantri sebentar untuk membeli makanan, dan dengan senampan makanan di tangannya, Edward dan aku melangkah ke meja kami yang sudah dihuni Alice. Di depannya juga sudah ada senampan makanan yang tidak akan dimakannya. Alice dan Edward berbicara dalam kecepatan vampir selama beberapa detik, kemudian pembicaraan itu selesai secepat dimulainya.

Edward duduk di sisiku, sementara Alice di seberangku. Aku menggigit pizzaku sambil menoleh memandang berkeliling, berusaha melihat sekilas kalau-kalau ada anak baru yang kami tunggu-tunggu. Aku mendesah putus asa. Mereka tidak ada di sini. Kukembalikan pandanganku ke arah Alice, proses 'pengalihan pandangan'ku melewati ambang pintu kafetaria.

Saat itulah aku melihat mereka.

Mereka ada empat orang. Yang paling depan adalah seorang gadis berusia sekitar delapan belas tahun. Ia berambut pirang belang-belang coklat dan bermata coklat sepertiku. Ia mengenakan jaket abu-abu dan langkahnya kasual sekaligus berkharisma. Sedikit di belakangnya berjalan seorang pemuda berpakaian serba hitam berambut hitam kelam, dan mata yang serasi dengan warna rambutnya. Mata itu sangat waspada, dan memusatkan perhatiannya pada si gadis pirang. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku celananya, membiarkan jaketnya sedikit berkibar di belakangnya. Langkahnya seirama dengan gadis di depannya, dan tidak sekalipun ia mendahului atau tertinggal dari derap langkah di gadis.

Di belakang mereka berdua sepasang muda-mudi berjalan sambil saling bergandengan tangan. Well, sebenarnya si gadis yang merangkul tangan pemuda itu, tapi sepertinya tidak ada yang keberatan. Yang laki-laki berambut pirang dengan sedikit warna kemerahan di ujungnya. Rambutnya agak panjang di bagian belakang hampir menyentuh bahu, namun itu malah membuatnya nampak... mempesona. Mata birunya nampak berkabut, namun terkesan hangat. Senyum di wajahnya ramah sekali, ia tampak seperti malaikat, hanya tinggal menambahkan sayap di belakangnya. Geez, aku sepertinya berimajinasi terlalu jauh.

Yang perempuan berambut cokelat ikal panjang, diikat satu di atas kepalanya. Terlihat highlight pirang di rambutnya, dan itu tidak terlihat memuakkan, tapi pantas pada dirinya. Mata emeraldnya berkerlip sesekali, membawa kebahagiaan bagi orang yang memandangnya. Ia sepertinya sedang berbicara penuh semangat pada si laki-laki pirang, sambil sesekali tersenyum lebar atau bahkan tertawa. Sekali waktu tawanya terbawa sampai ke radius pendengaranku, dan suaranya indah sekali. Hampir seperti bell berbunyi, seperti suara Alice. Sadarlah aku, bahwa suara celotehan hampir tanpa jeda yang kudengar di koridor tadi adalah suaranya.

Mereka berempat tidak mirip satu sama lain. Tapi mereka punya kesamaan: figur mereka luar biasa menawan, kecantikan dan ketampanan mereka hampir bisa dibilang tidak manusiawi. Keanggunan langkah dan gerakan mereka juga menyerupai penari di panggung broadway atau pemain ice-skating yang sedang meluncur di es. Tubuh mereka semua ramping dan indah seperti model-model yang sering berjalan di catwalk itu, sepertinya mereka tidak mempunyai lemak di tubuh mereka. Yang lelaki tampak mempunyai otot yang bagus, namun tidak berlebihan atau membuat mereka kekar dan menakutkan. Pakaian mereka semua juga sangat baik, mungkin bermerek. Terutama pakaian si gadis berambut coklat panjang. Sangat trendi dan bergaya. Sepertinya Alice menemukan tandingannya.

Kalau saja mereka berkulit pucat, alih-alih coklat terang seperti yang dimiliki mereka semua, kecuali si gadis berambut coklat panjang yang berkulit gelap dan pemuda di sebelahnya yang berkulit kuning terang, dan bermata merah menyala atau topaz seperti Edward dan keluarganya alih-alih warna-warna normal seperti coklat, biru dan hijau di mata mereka, mungkin aku sudah menganggap dengan yakin bahwa mereka adalah vampir.

Pemuda berambut hitam itu mungkin bisa saja vampir, mengingat matanya hitam kelam seperti Edward kalau belum berburu beberapa hari dan ke'haus'an, namun kulitnya mengatakan lain. Lagipula ia tidak tampak ingin menerkam siapapun, meskipun postur tubuhnya terlalu tegang untuk bisa disebut normal.

Mereka mengantri untuk membeli makanan, dan mataku hampir keluar dari rongganya melihat gadis itu mengambil makanan dengan porsi tiga kali lipat milikku. Tadinya kukira ia mengambilkan untuk tiga orang lainnya, yang kuketahui adalah keluarganya, namun... pemuda serba hitam di belakangnya mengambil nampan, dan mengambil makanan kira-kira sama banyaknya dengan si gadis. Kedua orang di belakangnya pun melakukan hal yang sama. Ah, satu bukti lagi bahwa mereka bukan vampir. Vampir tidak suka makan makanan manusia, bagi mereka itu menjijikan. Tapi aku juga tidak pernah melihat manusia yang makan sebanyak itu. Apakah mereka tidak sempat sarapan sehingga mereka kelaparan? Mungkin saja. Kalau mereka makan sebanyak itu setiap hari, aku tidak bisa membayangkan bagaimana tubuh mereka bisa seramping dan seindah itu.

Mereka berjalan membawa nampan mereka melewati kami. Tak ada yang nampak keberatan membawa nampan mereka―mereka membawanya dengan satu tangan. Dan hal itu tidak membuat mereka goyah atau melambat. Mereka berjalan dengan kecepatan normal dan dengan keanggunan yang sama seperti sebelumnya. Saat mereka lewat, aku bisa mencium aroma yang menyenangkan. Bukan seperti aroma Edward yang membuatku terpesona―vanila dan sandalwood, mmm... ditambah dengan fakta bahwa aku mencintainya, aroma itu makin mempengaruhiku―atau aroma Alice yang manis seperti madu atau permen kapas, aroma mereka seperti... hutan pinus segar atau semacam itu, namun tidak ditekankan pada aroma hutannya, namun kesegarannya. Mungkin seperti aroma mint, atau aroma udara sehabis hujan gerimis.

Aku bisa melihat bahwa bukan hanya aku saja yang terpesona oleh kehadiran mereka. Hampir semua orang di kafetaria mengunci pandangannya pada mereka, dan tidak sedikit yang mulutnya terbuka atau matanya melebar. Kafetaria jadi terasa hening tak wajar, meskipun kemudian setelah beberapa detik setengah dari mereka mulai melakukan kegiatan mereka seperti biasa, dan hanya sesekali mencuri-curi pandang ke arah para anak baru. Bisik-bisik terdengar di sana-sini, namun beberapa orang lain sudah mulai menggosip dan mengobrol mengenai hal yang sama sekali lain.

Kepalaku menoleh otomatis ke arah anak-anak baru itu yang sudah menempati salah satu meja untuk melihat reaksi mereka. Mereka sama sekali tidak terlihat terganggu dengan semua perhatian yang mereka dapatkan, bagaikan perlakuan semacam ini sudah sering mereka terima. Namun mereka juga tidak terlihat puas diri atau sombong dengan perhatian yang mereka dapatkan. Mereka hanya makan dengan santai sambil sesekali terlihat bercakap-cakap, seperti orang normal lainnya. Tentu saja, mereka mungkin memang normal, Silly Bella.

Aku tidak bisa mendengar percakapan mereka, namun terkadang suara tawa mereka terdengar sampai ke mejaku. Mereka semua memiliki suara tawa yang indah, seperti gemericik air di sungai jernih atau dentingan lonceng yang tergantung di langit-langit rumah yang tertiup angin. Mereka sepertinya dekat satu sama lain, terbukti dari gestur-gestur sederhana yang terjadi di antara mereka seperti sentuhan, saling pukul main-main di tangan atau bahu, atau sikutan lemah ke sisi tubuh mereka. Mereka tidak berusaha tampil menonjol dan populer―kau bisa menyebut beberapa nama, salah satu contohnya adalah Lauren. Hei, aku bebas menyebutnya kan, itu sudah rahasia umum―di lingkungan baru ini. Mereka bahkan tidak peduli kalau pakaian mereka terlipat atau terciprat air yang meleleh dari luar gelas mereka. Mereka betul-betul tampak seperti remaja dari sebelah rumah.

Puas dengan hasil observasiku, aku menoleh ke arah Edward, dan terkejut melihat ekspresi wajahnya yang frustasi.


Ini dia perubahannya: Alice, Edward dan Bella tidak duduk dengan Jessica dan yang lainnya seperti di Eclipse. Itu memiliki alasan tersendiri. Sudah, pembaca tidak perlu protes *digetok*. Oh ya, saya tidak tahu warna mata Nudge apa, jadi anggap saja hijau seperti emerald :P.

Thanks to Nicolas Morcherf tentang info mobilnya, dan juga perdebatan panjang soal mobilnya dengan saya―yang tidak tahu apa-apa soal mobil, wakakakak, tapi sok tahu mendebat dan memilih-milih mobil :D.

Chapter ini didekasikan untuk... saya :D. Happy Birthday to me, haiyah *ngakak kejer* Dan juga untuk yang sudah mengucapkan hepi bersdey tengah malam beginih ;)). Tengs evribadi~

Labels:

lily at

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home