Hiding In The Dark Corner: Chapter 5
NOTE: Kalimat/kata-kata yang ditebalkan dan dimiringkan seperti ini adalah pikiran Angel. Sementara kalimat/kata-kata yang cuma dimiringkan seperti ini, kalau bukan kata-kata asing atau penekanan, berarti pikiran seseorang.
Disclaimer: Twilight adalah milik Stephenie Meyer, Maximum Ride adalah milik James Patterson. Tapi kalau Meyer mau memberikan Jasper atau Edward, atau Patterson mau menyerahkan Fang untuk hadiah ulang tahun saya, boleh :D.
Chapter 5
TF: The Mind Touch
Max POV
Aku mendahului kawananku memasuki kafetaria, dengan Fang mengekor rapat di belakangku dan Iggy dan Nudge di belakang Fang. Begitu kami masuk, hampir serentak obrolan mereda, digantikan bisikan-bisikan dan pandangan kepada kami dari berbagai arah. Kini aku sudah hampir terbiasa dengan bisikan-bisikan itu. Sejak awal masuk kelas kami berempat selalu menerima bisikan dan pandangan dari penghuni lama, jadi sekarang rasanya tak jadi soal. Aku berjalan serileks mungkin, namun tetap diam-diam mengawasi kalau-kalau ada bahaya yang mengintai kami. Untungnya jaket yang kukenakan membuat sayapku semakin mudah disembunyikan. Bagus juga Forks berudara dingin.
Sebenarnya tidak masalah jika aku hanya mengenakan kaus biasa saja. Kami sudah menemukan cara yang jauh lebih efektif dalam menyembunyikan sayap-sayap kami. Cara tertentu tersebut memungkinkan sayap-sayap kami melipat sedemikian rupa sehingga tidak akan terlihat dan terasa dari luar, selama ada sesuatu yang menutupi dan menghalanginya dari penglihatan dan kontak langsung. Itu membuat pembauran kami menjadi lebih mudah.
Aku sampai di counter makanan lebih dulu―sudah jelas―dan mengambil nampan kosong. Lalu dengan cekatan aku mengambil tiga potong pizza dan dua botol air mineral serta sekaleng coke, dan meletakkannya di atas nampan. Aku sudah berpikir untuk mengambil lebih banyak lagi―makanan sebanyak ini tidak cukup banyak untuk mutan burung―tapi segera ingat bahwa kami harus membaur. Untuk sekarang ini sudah cukup. Aku bisa makan banyak sesampainya di rumah. Kuperhatikan Fang mengambil nampan juga, dan mulai mengisinya dengan makanan. Ia mengambil jenis makanan yang berbeda, namun dengan porsi kurang lebih sama denganku. Sepertinya ia dapat menerjemahkan peringatan terselubungku dengan baik. Iggy dan Nudge juga melakukan hal yang sama. Nudge bahkan sama sekali tidak melirik padaku dan terus berceloteh kepada Iggy yang mendengarkannya dengan sabar. Aku sangat bangga pada keahlian mereka.
Setelah semua mendapat makanannya masing-masing, aku segera membayar semuanya. Aku sudah mengambil beberapa ratus dolar dari kartu Maximum Rideku. Aku melakukan pemantauan singkat dan segera menemukan satu meja yang kosong. Kami berjalan menuju ke meja itu dengan formasi seperti tadi, melenggang santai membawa nampan makanan kami. Saat melewati meja tertentu, aku merasa mencium aroma yang tidak biasa. Aroma manis seperti madu atau vanila. Dan ada juga aroma seperti strawberry atau sejenis itu. Aku pernah mencium aroma yang mirip itu dari botol parfum yang dimiliki Nudge. Hmm, mungkin yang kucium tadi cuma aroma parfum? Ya, pasti itu. Atau aku memang benar-benar lapar.
Dalam waktu singkat kami sudah duduk santai di meja, menikmati makanan kami. Kafetaria sudah hampir kembali seperti semua, meski bisikan-bisikan dan tatapan ingin tahu terselip di sana-sini. Aku memutar bola mataku ke arah makananku. Aku tahu bahwa alasan lain selain bahwa kami adalah 'mainan baru' di kota kecil ini, adalah daya tarik kami.
Dulu aku tidak terlalu mengerti, kenapa Nudge dan Angel bisa berteman dengan cepat dengan anak-anak lain. Atau kenapa Iggy dan Gazzy bisa bercakap akrab―dan mendapat masalah juga―dengan sebayanya. Kukira itu hanya karena sikap bersahabat mereka―atau sikap menyebalkan mereka, untuk kasus Iggy dan Gazzy. Aku juga tidak tahu kenapa banyak anak perempuan yang mudah tertarik pada Fang dan anak laki-laki padaku.
Tapi akhirnya aku tahu dari Suara dalam kepalaku bahwa kami memang sudah di'upgrade'. Selain kecepatan, kekuatan, ketajaman indera dan kecerdasan kami yang ditingkatkan, rupanya daya tarik fisik kami juga secara otomatis meningkat. Kami tidak pernah sadar akan hal itu, selalu merasa bahwa fisik kami sama saja seperti orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu. Sayap, misalnya. Bahkan setelah tahu soal hal itupun, kami tetap tidak merasa berbeda atau superior terhadap orang lain. Mungkin karena itu kami dengan mudah mengesampingkan dan mengabaikan superioritas kami. Walau kadang daya tarik ini mengganggu dan menjengkelkanku. Dan yang lebih menyebalkan, 'peningkatan fisik' ini akan terus bertambah, sama seperti kekuatan super kami yang akan terus bertambah dan berkembang. Singkatnya, kami jauh lebih menarik dibanding tiga tahun lalu.
Rasanya sudah berkali-kali aku menggumam sarkastis, well, great, selain punya sayap dan kekuatan super masing-masing, sekarang kita juga seperti berlumur madu dan harus rela menarik perhatian lebah-lebah, dan mungkin suatu hari nanti, disengat lebah-lebah. Ah, kami memang sudah pernah―sering malah―disengat lebah. Tapi bentuknya lebih besar dan lebih jelek. Namanya Pemusnah Terbang. Luar biasa ya. Seringkali aku menambahkan delikan mental atau semacamnya.
"Jadi, bagaimana harimu?" tanyaku santai, memulai pembicaraan dengan kawananku. Aku harus tahu apakah mereka merasa nyaman, atau mendapat masalah di hari pertama mereka sekolah, atau apakah ada murid atau bahkan guru yang mencoba menyulitkan mereka. Aku memiliki tanggung jawab penuh mengenai keselamatan dan kenyamanan kawananku.
"Oh Max," aku menggeram pelan dan memutar bola mataku, meraih pizzaku sementara membiarkan Nudge mengeluarkan beberapa kalimat yang pasti sangat ingin diucapkannya semenjak bel istirahat berbunyi. "Sekolah itu keren sekali! Aku sudah mendapat banyak teman di sini. Setelah aku berpisah dengan kalian di jam pertama aku sedikit melamun dan bertemu dengan gadis ini yang melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku untuk menyadarkanku. Aku cuma bisa mengerjap dan memandangnya sedetik. Aku tentu saja kaget karena tiba-tiba aku sudah diajak bicara. Tapi aku lalu mengobrol dengannya dan dia memperkenalkanku dengan teman-temannya yang lain. Oh, namanya Jennifer dan dia punya kuku berwarna pink yang berkilau dan punya semacam titik-titik perak kecil di pemukaannya. Itu cantik sekali Max! Dia bilang itu namanya glitter dan bisa dibeli di mall terdekat. Bisakah sepulang sekolah kita ke mall? Please? Oh, lalu kemudian aku juga sempat―"
"Stop," ujarku mantap sambil membungkam mulutnya dengan telapak tanganku. Satu pizzaku sudah habis sementara ia sibuk berbicara. Rupanya Channel Nudge siaran juga di Forks. Aku mengalihkan perhatianku pada Iggy. "Jeff?"
Ia hanya mengangkat bahu. "Lumayan. Tidak ada yang terlalu menarik yang terjadi sampai saat ini," jawabnya kasual, lalu kembali mengunyah makanannya. Iggy yang lama memang tak bisa berhenti melontarkan kata-kata sarkastis. Namun semenjak ia tahu bahwa orangtuanya berniat melelangnya untuk bercerita bagi koran atau majalah yang menawarkan harga tertinggi, ia jadi agak terpukul. Setelah beberapa lama ia sembuh, dan entah bagaimana, kini ia menjadi lebih tenang dan bisa mengendalikan dirinya lebih baik. Jika sisi kalem dan santainya ini muncul, efeknya bisa dua kemungkinan: membuatku ikut tenang atau malah membuatku agak ngeri.
"Nick?" tanyaku sambil mengangkat sebelah alis, beralih memandangnya.
"Sama dengan Jeff," gumamnya singkat di sela-sela kegiatannya mengunyah makanannya dengan malas-malasan, terkesan main-main.
"Hei, makan yang benar, jangan sisakan makananmu!" tegurku pura-pura marah, namun mereka bisa mendengar nada bergurau menyisipinya. Aku―dan mereka bertiga―tahu pasti bahwa kami tidak pernah menyisakan makanan.
Iggy dan Fang langsung menjawab dengan kompak, "Ya, Mom." Tentu saja kata itu diucapkan dengan sebanyak mungkin nada sarkastik yang bisa mereka keluarkan. Nudge terkikik geli sampai bahunya terguncang-guncang, sementara aku memutar bola mataku―lagi. Ah, kau tentu tahu bahwa memutar bola mata adalah sahabat baik mutan burung, selain sarkasme dan sandiwara brilian. Memutar bola mata dan aku sudah bersahabat sejak aku masih kecil, hubungan kami kian kuat setiap hari, dan hari ini aku sudah menyapanya kira-kira umm, lima kali?
Fang dan Iggy berpandangan setelah berkompak-kompakan meledekku, lalu mereka meledak tertawa. Sedetik kemudian aku dan Nudge menyusul. Selama tiga menit kemudian suara tawa kami bisa jadi memenuhi kantin, dan aku sama sekali tidak peduli kalau semua orang memandangiku. Setelah tawa kami mereda, aku memandangi mereka satu persatu secara sekilas, lalu berkata dengan penuh penekanan, "Makan." Bukannya mereka harus disuruh untuk hal itu.
Baru saja aku menyuapkan pizza keduaku ke mulutku, Nudge sudah beraksi lagi. "Hei Max, kembali ke yang tadi. Aku sangat ingin sekali cat kuku itu, seperti yang dimiliki Jennifer. Apa kau tidak menginginkannya juga, Max? Aku ingin sekali kukuku berwarna ungu dan berkerlap-kerlip. Atau bermotif bunga di sudut bawahnya. Itu keren sekali kan. Di sudut ki―"
"Sebenarnya, Krystal," ujarku memotong kalimatnya setelah menelan pizzaku, sekali lagi tanganku yang bebas pizza melayang menutup mulut Nudge, "kita tidak bisa kemana-mana hari ini. Setelah ini kita harus menjemput Ariel dan Zephyr, lalu pulang dan beres-beres sedikit lagi. Mungkin hari sabtu kita bisa pergi belanja ke mall, tapi―"
"Hore! Oh, Max, kau baik sekali! Kau memang yang paling keren, Terima kasih, terima kasih Max, aku benar-be―" Nudge sudah 'terbang' dari kursinya dan mendekapku erat!
"Hmmph, Le-lepas... Tak... Bisa... Napas...." Kalau kau berpikir aku pura-pura kehabisan napas, kau salah. Pelukan Nudge padaku―dan kursiku, aku bingung bagaimana dia bisa memelukku sampai aku hampir tersedak padahal aku sedang duduk―benar-benar mematikan, dan mutan burung juga membutuhkan udara untuk bernapas. Untung saja aku mutan burung, kalau tidak mungkin aku sudah mendapatkan beberapa rusuk retak. Tapi ia masih juga berceloteh berterima kasih. Dan aku masih sibuk menyikutinya main-main, maksudnya supaya dia merasakannya dan melepaskanku, tapi dia menyadarinya pun tidak!
Fang sudah berdiri dan mendaratkan tangannya di bahu Nudge untuk melepaskanku, tapi saat itu aku memutuskan untuk memberi Nudge sikutan sesungguhnya, dan keputusan itu berbuah, "Ouch!" dari Nudge dan senyum tipis dari Fang. Iggy tertawa karena meskipun ia tidak bisa melihat, ia bisa mendengar apa yang sedang terjadi dan membayangkan dan merekonstruksinya dalam benaknya.
Nudge tidak benar-benar kesakitan, tentu saja. Butuh lebih dari sikutan untuk menimbulkan sakit pada kami. Nudge cemberut, lalu memasang muka sedih dan mulai merengek-rengek, "Apa kau sudah tidak sayang padaku, Max? Kenapa kau menyikutku begitu? Aku kan cuma memelukmu, itu tandanya aku sayang padamu. Dan aku juga memelukmu karena aku berterima kasih kau sudah mengizinkan kita pergi ke mall dan belanja-belanja. Oh! Mungkin kita bisa menonton film juga! Aku dengar film De―" Nudge sudah kembali ke dirinya yang semula dalam hitungan detik. Aku hanya bisa mengusap-usap pelipisku, dan menyeringai waktu Nudge terputus lagi kata-katanya. Kali ini bukan tanganku yang membungkamnya. Tangan Iggy.
"Yeah, Krystal, tentu saja Max sayang padamu, tapi bukan berarti kau perlu memberinya siaran Channel Nudge dengan kecepatan seratus kilometer per jam. Van karatan di sebelah mobil kita bisa cemburu berat," ujar Iggy dengan penuh nada sartastis dalam suaranya. Matanya yang tak melihat berputar di rongganya. Wow, Iggy yang sarkastis muncul!
Aku tertawa melihat ekspresi Nudge yang setengah shock―karena Iggy kembali sarkastis padahal sepanjang pagi bertingkah seolah-olah ia akan menjadi malaikat Iggy yang tersenyum ceria selalu dan kalem untuk seharian ini―dan setengah jengkel.
"Uhh, kau tidak asyik!" rajuk Nudge. Aku masih belum bisa menghentikan tawaku lagi. Fang juga diam-diam tertawa, namun ia berusaha menahannya. Tapi usahanya tidak begitu berhasil, melihat bahunya bergetar. Melihat itu tawaku makin tidak bisa dihentikan.
Namun beberapa detik kemudian aku berhenti tertawa. Bukan karena aku sudah puas atau aku lelah, namun karena aku merasakannya.
Hidup bersama gadis kecil berumur enam tahun yang bisa seenaknya keluar masuk benakmu memang terkadang tidak enak. Ia bisa menguping pergumulan di pikiranmu, memprediksi tindakanmu, atau mencari-cari rahasia di dalamnya lalu mengancammu menggunakan itu. Tapi bakat itu ada gunanya juga. Kata-kata verbal jadi tidak diperlukan oleh kami pada saat-saat tertentu, seperti pada pengintaian atau persembunyian. Ia juga bisa menyampaikan pesan tanpa orang-orang di sekitar kami tahu, seperti telepon genggam, tapi kau tidak perlu bawa apa-apa. Tapi meskipun berguna, Angel, bocah pembaca pikiranku―dan pengendali pikiran, salah satu bakatnya yang lain―harus terus menerus diingatkan untuk tidak membaca pikiranku dan anggota kawanan yang lain, dan berusaha untuk tidak mengendalikan pikiran orang lain agar mengikuti kemauannya. Seiring berjalannya waktu, kami belajar untuk merasakan sensasi sehalus bulu yang menyapu benak kami ketika Angel berusaha membaca pikiran kami. Dan kami belajar untuk menutup pikiran kami darinya.
Sensasi yang kurasakan ini berbeda. Angel tidak sedang berusaha membaca pikiranku. Bukan Angel yang berusaha membaca pikiranku. Aku merasakan ada sentuhan di benakku, namun jauh lebih kasar daripada sentuhan Angel, sehingga dengan otomatis aku langsung menaikkan tembok penghalang pikiranku. Aku memandang Fang, Iggy dan Nudge dengan sorot samar kepanikan dalam mataku, dan melihat mereka juga memancarkan ekspresi yang sama, menandakan mereka juga merasakan ada yang menginvasi benar mereka. Meskipun sensasinya berbeda, namun aku yakin akan satu hal. Ada seseorang yang berusaha memasuki benak kami, dan berusaha membaca―atau melakukan sesuatu pada―pikiran kami.
Aku membuat tanda dengan tanganku, menyuruh mereka bertiga untuk melindungi pikiran mereka. Lalu aku berusaha melacak dari mana datangnya sensasi itu. Diam-diam aku mengawasi orang-orang yang berada di kafetaria dengan menggunakan insting dan perasaanku. Aku merasakan kejanggalan, dan aku berbalik di kursiku.
Mataku bertemu pandang dengan sepasang mata keemasan yang terlihat frustasi.
Ouch... Cliffie...
Perubahan lain. Aroma strawberry yang dicium oleh Max itu adalah aromanya Bella. Kalau tidak salah aromanya Bella kan freesia dan strawberry. Aroma seperti madu/vanila itu adalah aroma vampir di indera penciuman Max. Aroma mereka tidak repulsive, dan manisnya tidak memuakkan seperti menurut werewolf.
Karena dipost masih pada tanggal 14 Desember... Well, yang ini juga didekasikan untuk yang sudah mengucapkan selamat untukku ;)).
Labels: fiction
NOTE: Kalimat/kata-kata yang ditebalkan dan dimiringkan seperti ini adalah pikiran Angel. Sementara kalimat/kata-kata yang cuma dimiringkan seperti ini, kalau bukan kata-kata asing atau penekanan, berarti pikiran seseorang.
Disclaimer: Twilight adalah milik Stephenie Meyer, Maximum Ride adalah milik James Patterson. Tapi kalau Meyer mau memberikan Jasper atau Edward, atau Patterson mau menyerahkan Fang untuk hadiah ulang tahun saya, boleh :D.
Chapter 5
TF: The Mind Touch
Max POV
Aku mendahului kawananku memasuki kafetaria, dengan Fang mengekor rapat di belakangku dan Iggy dan Nudge di belakang Fang. Begitu kami masuk, hampir serentak obrolan mereda, digantikan bisikan-bisikan dan pandangan kepada kami dari berbagai arah. Kini aku sudah hampir terbiasa dengan bisikan-bisikan itu. Sejak awal masuk kelas kami berempat selalu menerima bisikan dan pandangan dari penghuni lama, jadi sekarang rasanya tak jadi soal. Aku berjalan serileks mungkin, namun tetap diam-diam mengawasi kalau-kalau ada bahaya yang mengintai kami. Untungnya jaket yang kukenakan membuat sayapku semakin mudah disembunyikan. Bagus juga Forks berudara dingin.
Sebenarnya tidak masalah jika aku hanya mengenakan kaus biasa saja. Kami sudah menemukan cara yang jauh lebih efektif dalam menyembunyikan sayap-sayap kami. Cara tertentu tersebut memungkinkan sayap-sayap kami melipat sedemikian rupa sehingga tidak akan terlihat dan terasa dari luar, selama ada sesuatu yang menutupi dan menghalanginya dari penglihatan dan kontak langsung. Itu membuat pembauran kami menjadi lebih mudah.
Aku sampai di counter makanan lebih dulu―sudah jelas―dan mengambil nampan kosong. Lalu dengan cekatan aku mengambil tiga potong pizza dan dua botol air mineral serta sekaleng coke, dan meletakkannya di atas nampan. Aku sudah berpikir untuk mengambil lebih banyak lagi―makanan sebanyak ini tidak cukup banyak untuk mutan burung―tapi segera ingat bahwa kami harus membaur. Untuk sekarang ini sudah cukup. Aku bisa makan banyak sesampainya di rumah. Kuperhatikan Fang mengambil nampan juga, dan mulai mengisinya dengan makanan. Ia mengambil jenis makanan yang berbeda, namun dengan porsi kurang lebih sama denganku. Sepertinya ia dapat menerjemahkan peringatan terselubungku dengan baik. Iggy dan Nudge juga melakukan hal yang sama. Nudge bahkan sama sekali tidak melirik padaku dan terus berceloteh kepada Iggy yang mendengarkannya dengan sabar. Aku sangat bangga pada keahlian mereka.
Setelah semua mendapat makanannya masing-masing, aku segera membayar semuanya. Aku sudah mengambil beberapa ratus dolar dari kartu Maximum Rideku. Aku melakukan pemantauan singkat dan segera menemukan satu meja yang kosong. Kami berjalan menuju ke meja itu dengan formasi seperti tadi, melenggang santai membawa nampan makanan kami. Saat melewati meja tertentu, aku merasa mencium aroma yang tidak biasa. Aroma manis seperti madu atau vanila. Dan ada juga aroma seperti strawberry atau sejenis itu. Aku pernah mencium aroma yang mirip itu dari botol parfum yang dimiliki Nudge. Hmm, mungkin yang kucium tadi cuma aroma parfum? Ya, pasti itu. Atau aku memang benar-benar lapar.
Dalam waktu singkat kami sudah duduk santai di meja, menikmati makanan kami. Kafetaria sudah hampir kembali seperti semua, meski bisikan-bisikan dan tatapan ingin tahu terselip di sana-sini. Aku memutar bola mataku ke arah makananku. Aku tahu bahwa alasan lain selain bahwa kami adalah 'mainan baru' di kota kecil ini, adalah daya tarik kami.
Dulu aku tidak terlalu mengerti, kenapa Nudge dan Angel bisa berteman dengan cepat dengan anak-anak lain. Atau kenapa Iggy dan Gazzy bisa bercakap akrab―dan mendapat masalah juga―dengan sebayanya. Kukira itu hanya karena sikap bersahabat mereka―atau sikap menyebalkan mereka, untuk kasus Iggy dan Gazzy. Aku juga tidak tahu kenapa banyak anak perempuan yang mudah tertarik pada Fang dan anak laki-laki padaku.
Tapi akhirnya aku tahu dari Suara dalam kepalaku bahwa kami memang sudah di'upgrade'. Selain kecepatan, kekuatan, ketajaman indera dan kecerdasan kami yang ditingkatkan, rupanya daya tarik fisik kami juga secara otomatis meningkat. Kami tidak pernah sadar akan hal itu, selalu merasa bahwa fisik kami sama saja seperti orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu. Sayap, misalnya. Bahkan setelah tahu soal hal itupun, kami tetap tidak merasa berbeda atau superior terhadap orang lain. Mungkin karena itu kami dengan mudah mengesampingkan dan mengabaikan superioritas kami. Walau kadang daya tarik ini mengganggu dan menjengkelkanku. Dan yang lebih menyebalkan, 'peningkatan fisik' ini akan terus bertambah, sama seperti kekuatan super kami yang akan terus bertambah dan berkembang. Singkatnya, kami jauh lebih menarik dibanding tiga tahun lalu.
Rasanya sudah berkali-kali aku menggumam sarkastis, well, great, selain punya sayap dan kekuatan super masing-masing, sekarang kita juga seperti berlumur madu dan harus rela menarik perhatian lebah-lebah, dan mungkin suatu hari nanti, disengat lebah-lebah. Ah, kami memang sudah pernah―sering malah―disengat lebah. Tapi bentuknya lebih besar dan lebih jelek. Namanya Pemusnah Terbang. Luar biasa ya. Seringkali aku menambahkan delikan mental atau semacamnya.
"Jadi, bagaimana harimu?" tanyaku santai, memulai pembicaraan dengan kawananku. Aku harus tahu apakah mereka merasa nyaman, atau mendapat masalah di hari pertama mereka sekolah, atau apakah ada murid atau bahkan guru yang mencoba menyulitkan mereka. Aku memiliki tanggung jawab penuh mengenai keselamatan dan kenyamanan kawananku.
"Oh Max," aku menggeram pelan dan memutar bola mataku, meraih pizzaku sementara membiarkan Nudge mengeluarkan beberapa kalimat yang pasti sangat ingin diucapkannya semenjak bel istirahat berbunyi. "Sekolah itu keren sekali! Aku sudah mendapat banyak teman di sini. Setelah aku berpisah dengan kalian di jam pertama aku sedikit melamun dan bertemu dengan gadis ini yang melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku untuk menyadarkanku. Aku cuma bisa mengerjap dan memandangnya sedetik. Aku tentu saja kaget karena tiba-tiba aku sudah diajak bicara. Tapi aku lalu mengobrol dengannya dan dia memperkenalkanku dengan teman-temannya yang lain. Oh, namanya Jennifer dan dia punya kuku berwarna pink yang berkilau dan punya semacam titik-titik perak kecil di pemukaannya. Itu cantik sekali Max! Dia bilang itu namanya glitter dan bisa dibeli di mall terdekat. Bisakah sepulang sekolah kita ke mall? Please? Oh, lalu kemudian aku juga sempat―"
"Stop," ujarku mantap sambil membungkam mulutnya dengan telapak tanganku. Satu pizzaku sudah habis sementara ia sibuk berbicara. Rupanya Channel Nudge siaran juga di Forks. Aku mengalihkan perhatianku pada Iggy. "Jeff?"
Ia hanya mengangkat bahu. "Lumayan. Tidak ada yang terlalu menarik yang terjadi sampai saat ini," jawabnya kasual, lalu kembali mengunyah makanannya. Iggy yang lama memang tak bisa berhenti melontarkan kata-kata sarkastis. Namun semenjak ia tahu bahwa orangtuanya berniat melelangnya untuk bercerita bagi koran atau majalah yang menawarkan harga tertinggi, ia jadi agak terpukul. Setelah beberapa lama ia sembuh, dan entah bagaimana, kini ia menjadi lebih tenang dan bisa mengendalikan dirinya lebih baik. Jika sisi kalem dan santainya ini muncul, efeknya bisa dua kemungkinan: membuatku ikut tenang atau malah membuatku agak ngeri.
"Nick?" tanyaku sambil mengangkat sebelah alis, beralih memandangnya.
"Sama dengan Jeff," gumamnya singkat di sela-sela kegiatannya mengunyah makanannya dengan malas-malasan, terkesan main-main.
"Hei, makan yang benar, jangan sisakan makananmu!" tegurku pura-pura marah, namun mereka bisa mendengar nada bergurau menyisipinya. Aku―dan mereka bertiga―tahu pasti bahwa kami tidak pernah menyisakan makanan.
Iggy dan Fang langsung menjawab dengan kompak, "Ya, Mom." Tentu saja kata itu diucapkan dengan sebanyak mungkin nada sarkastik yang bisa mereka keluarkan. Nudge terkikik geli sampai bahunya terguncang-guncang, sementara aku memutar bola mataku―lagi. Ah, kau tentu tahu bahwa memutar bola mata adalah sahabat baik mutan burung, selain sarkasme dan sandiwara brilian. Memutar bola mata dan aku sudah bersahabat sejak aku masih kecil, hubungan kami kian kuat setiap hari, dan hari ini aku sudah menyapanya kira-kira umm, lima kali?
Fang dan Iggy berpandangan setelah berkompak-kompakan meledekku, lalu mereka meledak tertawa. Sedetik kemudian aku dan Nudge menyusul. Selama tiga menit kemudian suara tawa kami bisa jadi memenuhi kantin, dan aku sama sekali tidak peduli kalau semua orang memandangiku. Setelah tawa kami mereda, aku memandangi mereka satu persatu secara sekilas, lalu berkata dengan penuh penekanan, "Makan." Bukannya mereka harus disuruh untuk hal itu.
Baru saja aku menyuapkan pizza keduaku ke mulutku, Nudge sudah beraksi lagi. "Hei Max, kembali ke yang tadi. Aku sangat ingin sekali cat kuku itu, seperti yang dimiliki Jennifer. Apa kau tidak menginginkannya juga, Max? Aku ingin sekali kukuku berwarna ungu dan berkerlap-kerlip. Atau bermotif bunga di sudut bawahnya. Itu keren sekali kan. Di sudut ki―"
"Sebenarnya, Krystal," ujarku memotong kalimatnya setelah menelan pizzaku, sekali lagi tanganku yang bebas pizza melayang menutup mulut Nudge, "kita tidak bisa kemana-mana hari ini. Setelah ini kita harus menjemput Ariel dan Zephyr, lalu pulang dan beres-beres sedikit lagi. Mungkin hari sabtu kita bisa pergi belanja ke mall, tapi―"
"Hore! Oh, Max, kau baik sekali! Kau memang yang paling keren, Terima kasih, terima kasih Max, aku benar-be―" Nudge sudah 'terbang' dari kursinya dan mendekapku erat!
"Hmmph, Le-lepas... Tak... Bisa... Napas...." Kalau kau berpikir aku pura-pura kehabisan napas, kau salah. Pelukan Nudge padaku―dan kursiku, aku bingung bagaimana dia bisa memelukku sampai aku hampir tersedak padahal aku sedang duduk―benar-benar mematikan, dan mutan burung juga membutuhkan udara untuk bernapas. Untung saja aku mutan burung, kalau tidak mungkin aku sudah mendapatkan beberapa rusuk retak. Tapi ia masih juga berceloteh berterima kasih. Dan aku masih sibuk menyikutinya main-main, maksudnya supaya dia merasakannya dan melepaskanku, tapi dia menyadarinya pun tidak!
Fang sudah berdiri dan mendaratkan tangannya di bahu Nudge untuk melepaskanku, tapi saat itu aku memutuskan untuk memberi Nudge sikutan sesungguhnya, dan keputusan itu berbuah, "Ouch!" dari Nudge dan senyum tipis dari Fang. Iggy tertawa karena meskipun ia tidak bisa melihat, ia bisa mendengar apa yang sedang terjadi dan membayangkan dan merekonstruksinya dalam benaknya.
Nudge tidak benar-benar kesakitan, tentu saja. Butuh lebih dari sikutan untuk menimbulkan sakit pada kami. Nudge cemberut, lalu memasang muka sedih dan mulai merengek-rengek, "Apa kau sudah tidak sayang padaku, Max? Kenapa kau menyikutku begitu? Aku kan cuma memelukmu, itu tandanya aku sayang padamu. Dan aku juga memelukmu karena aku berterima kasih kau sudah mengizinkan kita pergi ke mall dan belanja-belanja. Oh! Mungkin kita bisa menonton film juga! Aku dengar film De―" Nudge sudah kembali ke dirinya yang semula dalam hitungan detik. Aku hanya bisa mengusap-usap pelipisku, dan menyeringai waktu Nudge terputus lagi kata-katanya. Kali ini bukan tanganku yang membungkamnya. Tangan Iggy.
"Yeah, Krystal, tentu saja Max sayang padamu, tapi bukan berarti kau perlu memberinya siaran Channel Nudge dengan kecepatan seratus kilometer per jam. Van karatan di sebelah mobil kita bisa cemburu berat," ujar Iggy dengan penuh nada sartastis dalam suaranya. Matanya yang tak melihat berputar di rongganya. Wow, Iggy yang sarkastis muncul!
Aku tertawa melihat ekspresi Nudge yang setengah shock―karena Iggy kembali sarkastis padahal sepanjang pagi bertingkah seolah-olah ia akan menjadi malaikat Iggy yang tersenyum ceria selalu dan kalem untuk seharian ini―dan setengah jengkel.
"Uhh, kau tidak asyik!" rajuk Nudge. Aku masih belum bisa menghentikan tawaku lagi. Fang juga diam-diam tertawa, namun ia berusaha menahannya. Tapi usahanya tidak begitu berhasil, melihat bahunya bergetar. Melihat itu tawaku makin tidak bisa dihentikan.
Namun beberapa detik kemudian aku berhenti tertawa. Bukan karena aku sudah puas atau aku lelah, namun karena aku merasakannya.
Hidup bersama gadis kecil berumur enam tahun yang bisa seenaknya keluar masuk benakmu memang terkadang tidak enak. Ia bisa menguping pergumulan di pikiranmu, memprediksi tindakanmu, atau mencari-cari rahasia di dalamnya lalu mengancammu menggunakan itu. Tapi bakat itu ada gunanya juga. Kata-kata verbal jadi tidak diperlukan oleh kami pada saat-saat tertentu, seperti pada pengintaian atau persembunyian. Ia juga bisa menyampaikan pesan tanpa orang-orang di sekitar kami tahu, seperti telepon genggam, tapi kau tidak perlu bawa apa-apa. Tapi meskipun berguna, Angel, bocah pembaca pikiranku―dan pengendali pikiran, salah satu bakatnya yang lain―harus terus menerus diingatkan untuk tidak membaca pikiranku dan anggota kawanan yang lain, dan berusaha untuk tidak mengendalikan pikiran orang lain agar mengikuti kemauannya. Seiring berjalannya waktu, kami belajar untuk merasakan sensasi sehalus bulu yang menyapu benak kami ketika Angel berusaha membaca pikiran kami. Dan kami belajar untuk menutup pikiran kami darinya.
Sensasi yang kurasakan ini berbeda. Angel tidak sedang berusaha membaca pikiranku. Bukan Angel yang berusaha membaca pikiranku. Aku merasakan ada sentuhan di benakku, namun jauh lebih kasar daripada sentuhan Angel, sehingga dengan otomatis aku langsung menaikkan tembok penghalang pikiranku. Aku memandang Fang, Iggy dan Nudge dengan sorot samar kepanikan dalam mataku, dan melihat mereka juga memancarkan ekspresi yang sama, menandakan mereka juga merasakan ada yang menginvasi benar mereka. Meskipun sensasinya berbeda, namun aku yakin akan satu hal. Ada seseorang yang berusaha memasuki benak kami, dan berusaha membaca―atau melakukan sesuatu pada―pikiran kami.
Aku membuat tanda dengan tanganku, menyuruh mereka bertiga untuk melindungi pikiran mereka. Lalu aku berusaha melacak dari mana datangnya sensasi itu. Diam-diam aku mengawasi orang-orang yang berada di kafetaria dengan menggunakan insting dan perasaanku. Aku merasakan kejanggalan, dan aku berbalik di kursiku.
Mataku bertemu pandang dengan sepasang mata keemasan yang terlihat frustasi.
Ouch... Cliffie...
Perubahan lain. Aroma strawberry yang dicium oleh Max itu adalah aromanya Bella. Kalau tidak salah aromanya Bella kan freesia dan strawberry. Aroma seperti madu/vanila itu adalah aroma vampir di indera penciuman Max. Aroma mereka tidak repulsive, dan manisnya tidak memuakkan seperti menurut werewolf.
Karena dipost masih pada tanggal 14 Desember... Well, yang ini juga didekasikan untuk yang sudah mengucapkan selamat untukku ;)).
Labels: fiction
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home